LATAR BELAKANG

Setiap tanggal 11 Juli diperingati sebagai World Population Day atau Hari Populasi Dunia yang dipelopori oleh pengurus United Nations Development Programme (UNDP) pada tahun 1989.

Acara yang diadakan oleh Dewan Pengatur Program Pembangunan Perserikatan Bangsa-Bangsa pada tahun 1989  ini, dilatarbelakangi pada tanggal 11 Juli 1987 yang merupakan hari di mana jumlah penduduk dunia mencapai 5 miliar jiwa. Peringatan hari tersebut bertujuan untuk meningkatkan kesadaran dan kepedulian seluruh masyarakat dunia terhadap permasalah populasi dunia.

Sumber utama data kependudukan adalah sensus penduduk yang dilaksanakan setiap sepuluh tahun sekali. Sensus penduduk telah dilaksanakan sebanyak enam kali sejak Indonesia merdeka, yaitu tahun 1961, 1971, 1980, 1990, 2000, dan 2010. Di dalam sensus penduduk, pencacahan dilakukan terhadap seluruh penduduk yang berdomisili di wilayah teritorial Indonesia termasuk warga negara asing kecuali anggota korps diplomatik negara sahabat beserta keluarganya.

Untuk tahun yang tidak dilaksanakan sensus penduduk, data kependudukan diperoleh dari hasil proyeksi penduduk. Proyeksi penduduk merupakan suatu perhitungan ilmiah yang didasarkan pada asumsi dari komponen-komponen perubahan penduduk, yaitu kelahiran, kematian, dan migrasi. Proyeksi penduduk Indonesia 2010–2035 menggunakan data dasar penduduk hasil SP2010.

Berdasarkan survei penduduk antar sensus (Supas) 2015 jumlah penduduk Indonesia pada 2019 diproyeksikan mencapai 266,91 juta jiwa. Menurut jenis kelamin, jumlah tersebut terdiri atas 134 juta jiwa laki-laki dan 132,89 juta jiwa perempuan. Indonesia saat ini sedang menikmati masa bonus demografi di mana jumlah penduduk usia produktif lebih banyak dari usia tidak produktif, yakni lebih dari 68% dari total populasi.

PENGERTIAN POPULASI

Populasi adalah serangkaian benda (manusia, makhluk hidup lain, gejala, benda atau peristiwa) yang memiliki sifat yang sama dan berada di tempat yang sama.

Populasi juga dapat didefinisikan sebagai suatu kumpulan individu sejenis yang berada pada wilayah tertentu dan pada waktu yang tertentu pula. Populasi dapat mengacu pada beberapa hal berikut:

Beberapa bidang ilmu menggunakan istilah ini untuk pengertian yang agak berbeda:

Fenomena Baby Boom Pasca Pandemi

Baby boom adalah ledakan angka kelahiran bayi. Istilah itu biasanya menjelaskan tentang peningkatan kelahiran bayi dalam satu waktu dekat. Adapun ledakan angka kelahiran bayi yang terjadi bisa menimbulkan beberapa permasalahan terkait kependudukan, kualitas SDM, hingga perekonomian. Kekhawatiran terhadap fenomena tersebut terjadi karena aktivitas dari keikutsertaan KB oleh masyarakat berkurang di setiap lokasinya. Terlebih beberapa pelayanan juga berkurang karena adanya virus Corona.

Rata-rata penggunaan alat kontrasepsi dari Februari hingga Maret tahun 2020 menurun 40%. Terdapat penurunan peserta KB pada Maret 2020 apabila dibandingkan dengan Februari 2020 di seluruh Indonesia. Pemakaian IUD pada Februari 2020 sebanyak 36.155, turun menjadi 23.383, sedangkan implan dari 81.062 menjadi 51.536, suntik dari 524.989 menjadi 341.109, pil 251.619 menjadi 146.767, kondom dari 31.502 menjadi 19.583, medis operasi pria (MOP) dari 2.283 menjadi 1.196, dan medis operasi wanita (MOW) dari 13.571 menjadi 8.093.

Imbas dari penyebaran wabah COVID-19 berakibat kepada penurunan aktivitas kinerja BKKBN di lapangan. Pelayanan KB sendiri, sosialisasi oleh penyuluh KB, dan kader-kader sebenarnya sangat full kontak (people to people contact/person to person). Sehingga ketika ada physical distancing atau social distancing, maka jelas akan menurun pelayananan. Ada penurunan mekanisme operasional di lini lapangan, misal di Kampung KB, pertemuan program kerja dan pemantauan OPD-KB tidak bisa optimal.

Dampak Dari Populasi Yang Berlebih

Sebuah penelitian yang dikeluarkan oleh para pakar ekonomi jasa lingkungan menyebutkan bahwa dalam tiga dasawarsa terakhir ini konsumsi global akan makanan, bahan pangan, energi dan penggunaan berbagai biomassa telah meningkat tajam, namun sebaliknya tingkat ketersediaan sumber daya lahan relatif tetap, jika adapun berada dalam tingkat pertumbuhan yang stagnan.

Bertambahnya jumlah penduduk dunia dan perubahan pola konsumsi telah meningkatkan ketergantungan kepada penyediaan produk yang berasal dari hewan dan berbagai konsumsi energi seperti untuk kebutuhan makan, bahan bakar, kayu, serat dan berbagai sumber bahan mineral yang ada.

Dengan meningkatnya eksploitasi terhadap lingkungan mengakibatkan terjadinya perubahan iklim hal ini menjadi salah satu faktor terjadinya degradasi pada tingkat produktivitas tanah.  Seiring dengan hal tersebut, di masa depan dunia akan semakin sering dihadapkan dengan berbagai persoalan seperti meningkatnya harga bahan pangan, kelangkaan pasokan, serta meningkatnya potensi konflik sumberdaya tanah dan berkurangnya akses kepada jasa lingkungan seperti penyerapan karbon.  Demikian pula, perubahan iklim diperkirakan akan menjadi masalah utama yang akan mengurangi hasil produksi pertanian di masa depan. Di sisi lain, dunia akan semakin terbagi menjadi bipolar yaitu dunia yang ditempati oleh orang kaya dan dunia yang ditempati oleh orang miskin. 

Ancaman lain dari ketersediaan lahan-lahan pertanian adalah semakin meningkatnya harga tanah.  Penelitian di beberapa negara di Amerika Latin dan Eropa menyebutkan bahwa satu dasawarsa terakhir harga tanah telah meningkat menjadi empat kalinya. Lahan-lahan pertanian subur merupakan lahan yang diincar oleh para pengembang properti.

Di sisi lain, berkurangnya kesuburan atas lahan-lahan terdegradasi telah menyebabkan meningkatnya laju penyerobotan kawasan-kawasan subur, yang pada umumnya kawasan lindung dan konservasi menjadi tidak terhindarkan di masa-masa yang akan datang. Padahal, kawasan-kawasan lindung dan konservasi merupakan area penting bagi cadangan kekayaaan genetik dunia, pusat keragaman hayati, dan kawasan penting untuk mengurangi dampak dan mitigasi dari pola perubahan iklim.

Para pakar menyimpulkan bahwa hilangnya kawasan-kawasan subur akan memiliki kaitan yang erat dengan meningkatnya kemiskinan dan meningkatnya arus migrasi manusia untuk mencari lahan-lahan lain yang subur.

Dengan logika diatas, para pakar menyebutkan “zero degradation policy” atau kebijakan nol degradasi lahan merupakan hal yang penting untuk dilakukan segera, dengan secara khusus di antara negara-negara berkembang.  Tanpa nol degradasi lahan, dapat dipastikan target-target tujuan pembangunan milenium untuk mengurangi kemiskinan akan sulit untuk dicapai.

Cara Mengatasi Populasi Yang Berlebih

Berikut adalah beberapa hal yang dapat kita lakukan untuk menekan tingginya angka populasi yang kian hari terus meningkat, yaitu:

1. Menggalakkan program transmigrasi dan Pemerataan lapangan kerja

 Transmigrasi merupakan program penduduk dari wilayah yang banyak atau padat penduduknya ke wilayah yang masih jarang penduduknya. Transmigrasi ini akan mendorong terjadinya pemerataan penduduk. Jika penyebaran penduduk sudah merata maka hal ini akan mendorong terjadinya pemerataan pembangunan.

Tidak dipungkiri bahwa kebanyakan alasan mengapa orang-orang suka berpindah tempat kerja yang banyak dikemukakan adalah karena urusan pekerjaan. Dengan melihat fenomena yang demikian, idealnya pemerintah mulai melakukan program pemerataan lapangan kerja. Misalnya, pabrik-pabrik sekarang dibangun di luar Pulau Jawa, pembukaan perkebunan atau lahan pertanian baru untuk diolah guna menambah lapangan kerja.

2. Melaksanakan program Keluarga Berencana dan menyebarluaskan pendidikan kependudukan ke berbagai jenjang pendidikan

Keluarga Berencana merupakan program pemerintah bagi rakyat Indonesia untuk membatasi jumlah anak, dimana dalam satu keluarga cukup memiliki 2 orang anak saja. Dalam program KB, ibu-ibu rumah tangga diberikan cara-cara khusus agar tidak hamil. Cara-

cara yang dilakukan ini misalnya dengan mengonsumsi pil KB, pemakaian alat kontrasepsi, suntik atau jarum, dan lain sebagainya. Program Keluarga Berencana ini berhasil menekan laju pertumbuhan penduduk sehingga jumlah penduduk di Indonesia tidak terlalu meledak.

Selain itu, Masalah kepadatan penduduk ini merupakan masalah yang serius. Kesadaran akan dampak negatif dari kepadatan penduduk juga harus disadari oleh masyarakat karena masyarakatlah penyebab utama dari kepadatan penduduk. Oleh karena itu, harus ada edukasi mengenai kependudukan pada masyarakat.

3. Membuat Undang-Undang yang menetapkan usia minimal menikah

Beberapa tahun belakangan banyak anak-anak di usia sekolah yang hamil di luar nikah kemudian mereka akan dikeluarkan dari sekolah. Hal ini tidak hanya berdampak pada masa depan para pelajar saja, namun dalam jangka panjang juga akan berdampak pada jumlah penduduk yang ada di Indonesia.

Hal ini berarti usia muda akan menghasilkan usia muda. Jika banyak anak- anak usia sekolah banyak yang memiliki bayi, maka akan terjadi peledakan jumlah bayi. Maka dari itulah untuk mengatasi hal ini, pemerintah membuat Undang-undang yang membahas tentang hal ini. Undang-undang No. 1 Tahun 1974 Tentang perkawinan ini menetapkan usia minimal pernikahan bagi seseorang. Hal ini bisa menekan angka pertumbuhan penduduk dan mengatasi kepadatan penduduk.

4. Membatasi tunjangan anak bagi PNS dan ABRI hingga anak kedua

Tunjangan itu didapatkan bersamaan dengan gaji yang didapatkan setiap bulan. Salah satu kebijakan pemerintah untuk menekan kepadatan penduduk yakni dengan membatasi tunjangan anak hanya pada anak kedua saja. Hal ini seperti program Keluarga Berencana yang menganjurkan setiap keluarga memiliki dua orang anak. Dengan membatasi tunjangan anak, maka diharapkan seseorang akan berfikir ulang untuk memiliki banyak anak, mengingat biaya hidup sudah semakin mahal terlebih biaya pendidikan yang juga semakin mahal.

5. Memberlakukan tarif tinggi bagi para imigran

Salah satu faktor penambah kepadatan penduduk yakni penduduk asing. Kenyataan di lapangan, Para turis asing tidak hanya melakukan perjalanan satu hari dari negaranya. Para turis akan menetap di Indonesia, meski hanya untuk sementara waktu. Hal-hal semacam  inilah yang menambah kepadatan penduduk Indonesia. Para turis yang menetap ini disebut dengan imigran. Biasanya ketika imigran masuk ke Indonesia, maka mereka akan mengurusi berbagai macam dokumen administrasi beserta dengan biayanya. Salah satu upaya mengurangi kepadatan penduduk dari segi warga negara asing adalah kenaikan tarif biaya administrasi.

6. Meningkatkan pelayanan dalam bidang pendidikan dan menerapkan program wajib belajar

Pendidikan  juga sangat berperan dalam kaitannya pengendalian pertumbuhan penduduk. Pada zaman dahulu kita akan menemukan banyak remaja yang baru saja lulus dari sekolah tingkat SMP, kemudian tidak melanjutkan pendidikan SMA dan langsung menikah. Maka dari itulah pemerintah mencoba untuk mengatasi hal ini, salah satunya dengan meningkatkan pelayanan dalam bidang pendidikan dan menerapkan program wajib belajar, sehingga banyak siswa-siswi yang tertarik untuk melanjutkan pendidikan. Ketika fokus ke pendidikan dan adanya keinginan melanjutkan pendidikan hingga ke pendidikan tinggi, maka setelah lulus maka seseorang memiliki usia yang sudah matang dan dewasa. Mengingat bahwa wajib belajar terbaru adalah 12 tahun. Maka diharapkan pada usia tersebut seseorang telah matang untuk melakukan pernikahan.

DAFTAR PUSTAKA

Al, Y. (2019, November 25). https://cerdika.com. Retrieved Juli 04, 2020, from Cerdika.com: https://cerdika.com/dampak-kepadatan-penduduk/

Badan Pusat Statistik. (2019). Statistik Indonesia 2019. Jakarta: Badan Pusat Statistik.

Harsono, F. H. (2020, Mei 03). https://m.liputan6.com. Retrieved Juli 04, 2020, from m.liputan6.com: https://m.liputan6.com/health/read/4243897/antisipasi-baby-boom-pasca-pandemi-covid-19-layanan-kb-tetap-berjalan

Katadata.co.id. (2019, Januari 04). https://databoks.katadata.co.id. Retrieved Juli 04, 2020, from katadata.co.id: https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2019/01/04/jumlah-penduduk-indonesia-2019-mencapai-267-juta-jiwa

Kompas.com. (2020, Februari 04). https://www.kompas.com. Retrieved Juli 04, 2020, from Kompas.com: https://www.kompas.com/skola/read/2020/02/04/160000369/kepadatan-populasi-dampak-dan-pengaruhnya

Puspa, A. (2020, Mei 04). https://m.mediaindonesia.com. Retrieved Juli 04, 2020, from m.mediaindonesia.com: https://m.mediaindonesia.com/read/detail/309951-pandemi-covid-19-bisa-picu-baby-boom

Syahida, N. (2018, Juli 11). http://jurnalposmedia.com. Retrieved Juli 04, 2020, from Jurnal Pos Media: http://jurnalposmedia.com/hari-populasi-dunia-dan-penduduk-di-indonesia/

Ubay. (2019, Juli 13). https://adalah.co.id. Retrieved Juli 04, 2020, from Adalah.co.id: https://adalah.co.id/populasi/

Widjajanto, D. (2019, April 15). https://id.m.wikipedia.org. Retrieved Juli 04, 2020, from Wikipedia.org: https://id.m.wikipedia.org/wiki/Populasi_(statistika) Yasmin, P. (2020, Mei 08). https://m.detik.com. Retrieved Juli 04, 2020, from m.detik.com: https://m.detik.com/news/berita/d-5006790/bkkbn-antisipasi-baby-boom-pascapandemi-apa-maksudnya

Artikel yang Direkomendasikan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *