Pengertian Masker

Masker adalah perlindungan pernafasan yang digunakan sebagai metode untuk melindungi individu dari menghirup zat-zat bahaya atau kontaminan yang berada di udara, perlindungan pernafasan atau masker tidak dimaksudkan untuk menggantikan metode pilihan yang dapat menghilangkan penyakit, tetapi digunakan untuk melindungi secara memadai pemakainya (Cohen & Birdner, 2012).

Masker secara luas digunakan untuk memberikan perlindungan terhadap partikel dan aerosol yang dapat menyebabkan bahaya bagi sistem pernafasan yang dihadapi oleh orang yang tidak memakai alat pelindung diri, bahaya partikel dan aerosol dari berbagai ukuran dan sifat kimia yang berbeda dapat membahayakan manusia, maka NIOSH merekomendasikan masker yang menggunakan filter (Eshbaugh et al, 2009). Masker kain tiga lapis yang biasa digunakan masyarakat ketika kita berada di tempat umum atau keramaian. Dengan menggunakan masker dengan tiga lapisan akan meningkatkan efektivitas masker menangkal virus.

Pentingnya/ Manfaat Penggunaan Masker

Memakai masker dianggap sebagai cara efektif untuk meminimalisir risiko penularan Covid-19. Oleh karena itu, semua orang yang beraktivitas di luar ruangan disarankan untuk mengenakannya. Sebelumnya, hanya orang-orang yang berisiko tinggi terinfeksi virus corona jenis baru direkomendasikan untuk memakai masker. Setelah melakukan riset lebih lanjut, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dan pemerintah merekomendasikan penggunaan masker untuk semua orang.

Aaron Hamilton, ahli kesehatan dari Cleveland Clinic mengatakan, pemakaian masker memang memberi perlindungan ekstra dari bakteri dan virus penyebab penyakit menular. Menurutnya, memakai masker kain bisa membantu mencegah droplet yang kita keluarkan saat batuk, berbicara atau bersin tidak mengenai orang lain.

Menurut para pakar dari Pusat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit AS (CDC), sebagian besar yang terinfeksi Covid-19 tidak menunjukan gejala apapaun. Hal inilah yang membuat penyebaran virus ini semakin tak terkendali. Penularan tersebut bisa terjadi lewat orang yang tidak menunjukan tanda-tanda infeksi virus corona, seperti demam, sesak napas atau batuk. Masker kain juga efektif untuk mencegah penyebaran virus corona. Jadi, kita tidak perlu mengenakan masker bedah atau masker N95 yang biasa dipakai oleh petugas medis. Memakai masker kain bisa membantu mencegah droplet yang kita keluarkan saat batuk, berbicara atau bersin agar tidak mengenai orang lain. Selain itu, masker kain juga dapat mencegah kita dari kebiasaan menyentuh wajah dan menjadi pengingat visual untuk mempraktikan phisycal distancing.

Manfaat penggunaan masker meliputi:

  • Penurunan kemungkinan risiko pajanan dari orang yang terinfeksi sebelum mengalami gejala.
  • Penurunan kemungkinan stigmatisasi orang-orang yang mengenakan masker untuk mencegah infeksi kepada orang lain (pengendalian sumber) atau orang yang merawat pasien COVID-19 di tempat non-klinis.
  • Membuat orang merasa dapat mengambil peran turut andil dalam membantu menghentikan penyebaran virus.
  • Mengingatkan orang untuk mematuhi langkah-langkah lain (seperti menjaga kebersihan tangan, tidak menyentuh hidung dan mulut).
  • Memberdayakan perekonomian masyarakat. Di tengah kekurangan global masker bedah dan APD, keadaan ini mendorong masyarakat untuk membuat masker kain sendiri dapat mendorong usaha pribadi dan kesatuan masyarakat. Selain itu, produksi masker non-medis dapat menjadi sumber pendapatan bagi orang-orang yang dapat membuat masker di komunitasnya. Masker kain juga dapat menjadi bentuk ekspresi budaya, sehingga mendorong penerimaan meluas akan langkah-langkah perlindungan secara umum. Jika digunakan kembali secara aman, masker kain akan mengurangi beban biaya dan limbah serta berkontribusi pada keberlanjutan.

Jenis – jenis Masker

Dalam penggunaan masker pun dengan kategori yang sesuai agar mampu mencegah penularan virus satu sama lain. Satgas COVID-19 juga telah menyarankan masyarakat dapat menggunakan masker kain berlapis tiga dengan bahan katun. Satgas COVID-19 menargetkan paling tidak kepatuhan penggunaan masker berkisar 70 – 75% dari populasi di Indonesia, hal ini akan menekan penyebaran kasus COVID-19 di Indonesia. 

Agar masyarakat dapat menggunakan masker yang tepat, ada beberapa jenis masker yang sudah direkomendasikan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dalam penanganan COVID-19. Rekomendasi WHO ini tertuang dalam panduan berjudul, Advice on the use of masksin the context of COVID-19. Panduan ini dipublikasikan pada 5 Juni 2020. Berikut ini tipe masker yang direkomendasikan WHO :

  1. Masker Medis

Masker medis didefinisikan sebagai masker bedah yang berbentuk datar atau berlipat. Diikat di kepala dengan tali yang mengelilingi telinga atau kepala atau keduanya. Karakteristik kinerjanya diuji sesuai dengan serangkaian metode uji standar (ASTM F2100, EN 14683, atau setara) yang bertujuan untuk menyeimbangkan filtrasi tinggi, kemampuan bernapas yang memadai, dan opsional ketahanan penetrasi cairan.

Filtering Facepiece Respirator (FFR) atau respirator juga dilihat yang mana menawarkan keseimbangan antara filtrasi dan sirkulasi udara. Masker FFR bersertifikat juga harus memastikan pernapasan tanpa hambatan dengan ketahanan maksimum selama menghirup dan mengembuskan napas. Masker ini didesain untuk penggunaan tunggal, filtrasi (penyaring) masker medis (setidaknya 95 persen filtrasi tetesan), kemampuan bernapas dan, jika diperlukan, ketahanan cairan, dan lapisan bahan yang diproduksi, seperti polipropilen, polietilen atau selulosa.

Masker medis berbentuk persegi panjang dan terdiri dari tiga atau empat lapisan. Setiap lapisan terdiri dari serat halus hingga sangat halus. Masker ini diuji kemampuannya untuk memblokir tetesan (ukuran 3 mikrometer; standar EN 14683 dan ASTM F2100) dan partikel (berukuran 0,1 mikrometer; standar ASTM F2100).

Selain itu, masker harus menghalangi tetesan dan partikel, pada saat yang bersamaan juga harus punya ruang untuk individu bernapas dengan membiarkan udara lewat. Masker medis adalah perangkat medis yang diatur dan dikategorikan sebagai alat pelindung diri. Sebagai bentuk respons cepat, ada 10.000 masker N95 dari BNPB dikirim hari ini Rabu, 29 Januari 2020 untuk WNI di Wuhan dan sekitarnya. (Dok Badan Nasional Penanggulangan Bencana/BNPB)

  1. Masker Jenis FFP

Jenis masker FFP terdiri atas tiga kategori. Penggunaan masker jenis ini lebih membatasi ketimbang memakai masker bedah. Menurut efisiensi filter dan kebocoran ke wajah, rincian kemampuan filter menyaring virus, antara lain:

  1. Masker FFP1, menyaring lebih dari 80% aerosol (total kebocoran ke dalam kurang dari 22 %).
  2. Masker FFP2, menyaring lebih dari 94 % aerosol (total kebocoran ke dalam kurang dari 8%).
  3. Masker FFP3, menyaring lebih dari 99% aerosol (total kebocoran ke dalam kurang dari 2%).

Waktu pemakaian masker FFP harus sesuai dengan petunjuk pemakaian. Bagaimanapun, harus kurang dari 8 jam dalam satu hari, tergantung pada kondisi penggunaan dan jenis peralatan perlindungan pernapasan. Masker FFP yang dilepas tidak boleh digunakan kembali.

Masker FFP memiliki tanggal kedaluwarsa yang tidak dapat dijamin keefektifannya. Setelah melewati tanggal kedaluwarsa, masker pelindung pernapasan tidak dapat dijual kembali, disediakan, dijual atau digunakan, bahkan secara gratis. 

  1. Masker N95

Masker N95 adalah alat pelindung pernapasan yang dirancang untuk mencapai kesesuaian wajah yang sangat dekat dan filtrasi partikel di udara yang sangat efisien. Bagian tepi dirancang untuk membentuk segel di sekitar hidung dan mulut. Jenis masker N95 biasanya digunakan dalam pengaturan perawatan kesehatan dan bagian dari N95 Filtering Facepiece Respirators (FFRs), sering disebut sebagai N95. Masker N95 menawarkan perlindungan lebih dari masker bedah karena dapat menyaring partikel besar dan kecil saat pemakainya menggunakannya. Masker ini dirancang untuk memblokir 95 % partikel yang sangat kecil. Beberapa masker N95 memiliki katup yang membuat penggunanya lebih mudah bernapas. Seperti masker bedah, masker N95 digunakan untuk sekali pakai. Namun, para peneliti sedang menguji cara untuk mendisinfeksi masker N95 agar dapat digunakan kembali.

  1. Masker non-Medis

Masker non-medis, yang juga disebut sebagai masker kain terbuat dari berbagai kain, seperti polypropylene. Masker ini dapat juga dibuat dari berbagai kombinasi kain dan tersedia dalam berbagai bentuk. Kombinasi kain dan bahan yang tidak terbatas menghasilkan filtrasi dan kemampuan bernapas yang bervariasi. Masker non-medis bukanlah alat kesehatan atau alat pelindung diri. Namun, standar masker non-medis telah dikembangkan oleh Asosiasi Standardisasi Prancis (AFNOR Group) untuk menentukan kinerja minimum dalam hal penyaringan (penyaringan partikel padat minimal 70% atau penyaringan tetesan), kemampuan bernapas serta ketahanan inhalasi yang baik.

Penggunaan masker non-medis sebaiknya hanya dipertimbangkan untuk pengendalian sumber (digunakan oleh orang yang terinfeksi) dalam pengaturan komunitas di masyarakat, salah satunya untuk aktivitas tertentu. Seperti pada saat berada di angkutan umum ketika jarak fisik tidak dapat dipertahankan.

Penggunaan masker kain harus selalu disertai dengan kondisi kebersihan tangan dan batas jarak fisik. Filtrasi kain dan masker kain telah terbukti bervariasi antara 0,7% dan 60%. Semakin tinggi efisiensi filtrasi, semakin banyak penghalang yang disediakan oleh kain. Masker kain digunakan untuk menghambat tetesan yang dilepaskan saat pemakainya berbicara, batuk atau bersin. Masyarakat dapat memakai masker kain dan membantu mengurangi penyebaran virus.

  1. Masker KN95

Ada juga masker KN95 disebut-sebut dapat menggantikan masker N95 bila masker N95 tidak mencukupi. Jenis masker KN95 merupakan masker standar Tiongkok untuk masker respirator yang difilter. Masker KN95 juga termasuk dalam kelompok masker FFR. Serupa dengan masker N95, masker KN95 mampu menyaring 95% atau lebih partikel yang lebih besar dari 0,3 mikron agar memenuhi syarat. Tidak seperti masker N95, masker KN95 Tiongkok juga harus menjalani uji kesesuaian agar memenuhi syarat untuk penggunaan. Centers for Disease Control and Prevention (CDC) telah menerbitkan dan mempertahankan hasil tes untuk lebih dari 120 masker KN95. Hasil menunjukkan masker memenuhi standar penyaringan 95 persen yang sama dengan yang diharapkan dari masker N95 Amerika.

Efektivitas Penggunaan Masker

Para peneliti juga telah membandingkan berbagai bahan masker. Akan tetapi, mereka menilai, faktor kenyamanan adalah pertimbangan terpenting, menurut spesialis penyakit menular Peter Chin-Hong. Ia menyebutkan, masker N95 hanya diperlukan saat ada situasi medis seperti intubasi. Adapun masker bedah lebih protektif dibandingkan dengan masker kain, serta memiliki keunggulan lebih ringan dan nyaman. Meski demikian, ia menilai masker apa pun yang menutup hidung dan mulut akan bermanfaat. Masker sendiri terbagi menjadi beberapa jenis.

Berikut ini beberapa jenis masker serta efektivitasnya:

  1. Masker bedah/ masker medis

Masker bedah, merupakan masker yang kerap disebut sebagai masker medis. Masker ini umumnya hanya digunakan untuk sekali pakai, setelah itu dibuang. Penggunaan masker bedah adalah untuk melindungi hidung dan mulut pemakainya dari kontak dengan tetesan, percikan, dan semprotan yang mungkin terpapar kuman.

  1. Masker N95

Masker ini merupakan jenis respirator, yang dinilai memberikan perlindungan lebih baik dibandingkan masker bedah karena dapat menyaring partikel besar dan kecil saat digunakan. Masker N95 dirancang untuk dapat memblokir 95% partikel berukuran sangat kecil sehingga masker ini paling baik jika dibandingkan semua jenis masker.. Masker ini sejatinya hanya untuk sekali pakai. Beberapa masker N95 memiliki katup untuk membuatnya lebih mudah saat dihirup. Pada jenis ini, udara tanpa filter dilepaskan saat pemakai mengembuskan napas. Namun, karena ada klep untuk melepaskan udara tanpa filter, masker jenis ini tidak mencegah pemakai dari menyebarkan virus. Karena alasan inilah, masker N95 jenis ini dilarang di beberapa tempat.

  1. Paper mask

            Paper Mask atau masker kertas dimaksudkan untuk menyaring debu pengganggu yang lebih besar dari aerosol seperti serbuk sari atau gergaji yang jauh lebih besar dibanding partikel virus. Seperti masker bedah, masker jenis ini memberikan perlindungan bagi pemakainya dan orang yang tengah melakukan kontak dekat. Meskipun terbuat dari bahan yang mampu menyaring akan tetapi, masker ini tidak dirancang untuk menyaring partikel virus. Keterbatasan lain, masker ini tidak membentuk segel wajah.

  1. Masker Kain

Masker jenis ini dipakai untuk mencegah adanya tetesan yang tersebar saat seseorang berbicara, batuk ataupun bersin. Memakai masker kain dipercaya mampu mengurangi penyebaran virus pada orang tak bergejala yang mungkin tidak sadar menyebarkan virus. Masker kain mudah dibuat dan ditemukan, serta mudah dicuci kembali. Akan tetapi, masker kain sebaiknya memiliki banyak lapisan kain. Masker ini juga memiliki sejumlah keterbatasan yakni tidak membentuk segel rapat ke wajah dan tidak dapat menyaring partikel kecil dengan andal. Kemampuan masker ini juga tergantung dari jenis kain yang digunakan. Selain itu, jenis dan ketebalan bahan, kesesuaian dengan wajah dan penggunaan filter internal juga menjadi variabel yang mempengaruhi efisiensi penyaringan.

  1. Masker Scuba

Salah satu jenis masker yang juga banyak digunakan di Indonesia adalah masker scuba. Namun, satgas Covid-19 dan para ahli tak menyarankan penggunaan masker ini. Juru Bicara Satuan Tugas (Satgas) Penanganan Covid-19 Wiku Adisasmito mengatakan, masker scuba dan buff kurang efektif menangkal virus corona karena hanya satu lapis saja sehingga kemungkinan untuk tembus lebih besar. Sementara itu, Peneliti Loka Penelitian Teknologi Bersih (LPTB) Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Dr Eng Muhamad Nasir mengatakan, masker kain dengan bahan lentur seperti scuba, saat dipakai akan terjadi perenggangan bahan sehingga kerapatan dan pori kain membesar serta membuka yang membuat permeabilitas udara menjadi tinggi. Hal tersebut membuat peluang partikular virus untuk menembus masker semakin besar.

Sesuai dengan himbauan, Kementerian Kesehatan (Kemenkes) kepada masyarakat Indonesia untuk tidak memakai masker jenis scuba maupun buff. Himbauan ini disampaikan menyusul berbagai penelitian yang menyebut jika kedua jenis masker tersebut tidak efektif dalam mencegah penularan virus corona. Mari kita ganti yang sesuai dengan standar SNI.

Daftar Pustaka

Harsono, F. H. (2020, September 16). https://www.liputan6.com. Retrieved September 23, 2020, from Liputan 6: https://www.liputan6.com/health/read/4357510/efektivitas-jenis-jenis-masker-sesuai-rekomendasi-who-untuk-penanganan-covid-19

Kompas. com. (2020, April 05). https://nasional.kompas.com. Retrieved September 23, 2020, from Kompas. com: https://nasional.kompas.com/read/2020/04/05/13521811/penjelasan-gugus-tugas-covid-19-soal-tiga-jenis-masker-dan-penggunaannya

Kompas. com. (2020, September 18). https://www.kompas.com. Retrieved September 23, 2020, from Kompas. com: https://www.kompas.com/tren/read/2020/09/18/083500265/membandingkan-efektivitas-berbagai-jenis-masker-dari-masker-medis-n95?page=all

Kompas.com. (2020, April 08). https://health.kompas.com. Retrieved September 23, 2020, from Kompas. com: https://health.kompas.com/read/2020/04/08/160000168/yang-harus-kita-pahami-mengenai-pemakaian-masker-saat-pandemi

Artikel yang Direkomendasikan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *